Saat ini, lagi viral banget di sosial media soal generasi 90an sibuk daftarin sekolah anak ke swasta, padahal jaman dulu pas lagi sekolah, mati-matian masuk ke sekolah negeri. Banyak pro dan kontra yang komentar di berbagai postingan para momfluencer yang mengikuti tren video itu. Gue pribadi, sebagai generasi 90an juga lagi mati-matian masukin anak ke sekolah tapi ke sekolah negeri. Tau ga, alasan gue masukin ke negeri ya nomer satu karena keuangan. Ga cuma itu, kalau di swasta, gue ga siap untuk drama segmentasi. Gue yang paling paham seperti apa anak gue, jadi gue ga siap aja kalau dia masuk ke sekolah swasta yang sudah pasti punya segmentasi sendiri. Menurut gue, sekolah yang muridnya random itu yaa sekolah negeri. Nggak beda-bedain siapa si kaya dan miskin, paling standarnya murid pintar dan kurang pintar aja bisa random bareng berteman dan ga ada kasta. Tapi ini semua pengalama gue pribadi yang memang sekolah SD-SMP-SMA di sekolah negeri ya.
Wajar atau tidak jika sebagai manusia merasa selalu benar? Menurut saya, hal itu wajar karena setiap manusia punya kapasitas ilmu yang berbeda. Ditambah, manusia diberikan berkah akal dan pikiran. Sehingga bisa memilih mana hal yang baik dan buruk versi pribadi. Urusan merasa selalu benar, tiap manusia kan punya pilihan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. Hal itulah yang membuat pribadi bisa merasa selalu benar akan pilihannya. Hanya saja kadang, sifat ke-aku-an tiap manusia yang berbeda kadar. Ada yang ingin selalu menang dalam setiap diskusi. Padahal, berdiskusi tak ada menang atau kalah. Diskusi itu mengemukakan pendapat. Urusan orang lain terpengaruh dengan pendapat orang lain ya itu urusan lain. Esensi berdiskusi adalah bertukar pendapat. Ya kalau bisa dibilang secara sederhana adalah numpang keluarkan unek-unek yang berisi kritik membangun. Bukan cuma menyalahkan salah satu pihak. Sudah lama sebetulnya ingin membahas hal ini. Hanya saja belum ada kesempatan panjang karena ...