Skip to main content

Hidup Untuk Menulis Atau Sebaliknya?

Wah, sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Tapi akan saya usahakan terus aktif dalam dunia penulisan. Apa yang menjadi alasan saya untuk terus menulis? Hmmm. Apa ya?

Hal pertama yang membuat saya terus menulis adalah masa depan anak saya. Mungkin akan muncul pertanyaan. Kok bisa sih anak dijadikan alasan untuk menulis? Saya dengan mantap menjawab “Ya! Saya mulai menulis lagi karena anak saya. Saya ingin memberikan kenangan hidup untuk dia jika saya tidak panjang umur.”

Terlalu lebay memang alasannya, tapi saya tidak ingin disisa waktu hidup saya yang sempit ini tidak membuahkan hasil. Waktu luang saya cukup banyak, sehingga jika tidak dipergunakan dengan baik, ya akan terbuang sia-sia. Terkadang saya suka punya pemikiran terkait peristiwa yang terjadi entah di lingkungan tempat tinggal atau yang saya dengar dan baca di media elektronik. Ingin sekali bicara dan diskusi seperti saat-saat sekolah atau kuliah. Tapi, anak saya belum bisa diajak bicara tentang hal tersebut.

Ingin sekali saya menuangkan aspirasi saya sebagai umat manusia yang juga ingin suaranya didengar. Anggaplah saya sedang mencari tempat pelacuran ide dengan cara menuangkannya dalam sebuah tulisan. Walau hanya 4-5 paragraf tiap hari, hati ini merasa puas. Apalagi jika sedang produktif, bisa membuat cerpen yang jika dibaca memakan waktu 10 menit. Haha

Manfaat menulis itu banyak sekali. Alasan saya menulis saat ini karena anak saya. Saya ingin memberikan hadiah untuk kehidupan anak saya dimasa depan. Jika memang saya kurang memberikan kenangan yang baik, setidaknya masih ada karya saya yang bisa dikenang olehnya. Menulis itu menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan. Sehingga dari menulis, seseorang bisa dilihat seperti apa  pengetahuannya. Jika yang dibahas terbatas, berarti dia harus banyak menggali informasi dan mengenyam ilmu baru.

Cara mencari ilmu baru tiap manusia itu berbeda. Manusia punya rasa ingin tahu dan berjuang. Daya juang tiap orang berbeda, contohnya saya saat ini dan saya di zaman masih sekolah dasar. Dulu, saya sangat suka membaca buku. Apa saja saya baca, dari koran, majalah bobo, fantasi, sampai majalah intisari juga kartini milik Mama. Semakin bertambah usia, saya mulai fokus membaca buku yang sekiranya relevan dengan diri saya, seperti novel remaja, komik, juga majalah remaja. Sampai akhirnya saya dewasa dan saat memiliki anak, saya sudah malas membaca.

Apasih korelasi membaca dan menulis? Haha perlu saya jawab nggak ya? Kedua hal tersebut sangat berkaitan. Jika kita banyak membaca, tentunya akan mudah dalam menulis. Masa sih? Iyaaa dong. Misalnya, setiap pagi saya menonton tayangan kartun anak-anak menemani anak saya. Saya penasaran dong film tersebut bagus tidak bahasanya ada hal negatif tidak dari segi gambar dan ceritanya di google. Saya baca review dari orang lain yang sudah menonton film tersebut. Setelah itu saya menceritakan hal tersebut melalui iMessage ke suami saya. Kebetulan tiap apapun hal baru yang disukai anak, saya akan sharing ke suami. Saat suami bilang, boleh dan bebaskan anak nonton, barulah saya bebaskan anak menontonnya setiap stasiun tv itu menanyangkannya.

Sesimple itu menulis. Ya! Dengan adanya instan messaging, sebetulnya kita ditantang untuk terus menulis dengan baik. Agar penerima pesan mengerti dengan baik maksud yang dikirimkan. Intinya, banyak-banyaklah membaca agar menambah pengetahuan. Juga banyak-banyaklah menulis, agar banyak manusia lain terbantu dengan tulisanmu.

Sekian dulu ya. Semoga lain waktu bisa menulis lagi dengan tema lainnya. Terima kasih sudah berkunjung.

*Doakan saya agar menang challenge Nulis Yuk! Batch37 ya. Agar bisa lanjut ke Batch 38. Aamiin. Terima kasih.
#nulisyuk #belajarnulis #nulisyukbatch37

Comments

Popular posts from this blog

Film Heart Attack a.k.a Freelance Movie (Thailand - 2015)

Poster Film Heart Attack (2015) Akhirnya, malam ini gue memberanikan diri menuliskan unek-unek mengenai film yang sudah gue tonton bersama pacar (jujur sih gue agak memaksakan dirinya untuk hadir di CGV Blitz tanggal 14 September 2015), maaf ya sayang :* Oke, fokus menulis pendapat: Menurut gue pribadi, film ini keren. hehe karena berdasarkan pengalaman pribadi dari sang sutradara yang pernah bekerja sebagai Freelancer di Thailand. Untuk film ini, P' Ter Nawapol berhasil membuat karakter Yoon (Sunny Suwanmethanont) menjadi seseorang yang workaholic alias gila kerja. Bekerja di bidang desain grafis menjadikan Yoon ga bisa bersosialisasi dengan lingkungannya hingga ga bisa memperhatikan dirinya sendiri. Pertanyaan terkeren yang ada di film ini dan sering kali kita lupakan adalah "Makan untuk hidup? atau hidup untuk makan?" Kata-kata itu merupakan tamparan keras bagi seseorang yang meleburkan dirinya untuk sebuah pekerjaan. Pada awal film, P' Ter membuat

liburan dadakan (1)

ini semua bermula...tepatnya tanggal 23 februari 2015. tante gue ngajak pergi ke kuala lumpur untuk jemput tante gue yang hari minggu berangkat kesana duluan sama temennya. oke, prepare pertama yang kami lakukan adalah mental. melancong ke negeri orang tanpa persiapan itu rasanya nanonano. beneran random, bukan masalah takut nyasar atau gimana. tapi akan kah kita dengan mudahnya ketemu sama tante gue yang sudah duluan disana. jadi, kami menentukan meeting point yaitu McDonalds Bukit Bintang. tanggal yang sama, pas banget itu hari senin yang cukup crowded menurut gue, karena gue dan tante gue yang ngajak berangkat, segera melakukan riset dadakan di semua browser di laptop dan hp. nyari tahu akses ke bukit bintang dari bandara. lalu dari bandara kita harus kemana lagi, karena ga mungkin kayak melakukan rescue yang cuma jemput doang abis itu balik ke jakarta, rugi bandar cyiiin (kalau kata tante gue). intinya pada malam hari sebelum tgl 24 februari, nomor paspor gue udah dipegang sam