Wajar atau tidak jika sebagai manusia merasa selalu benar? Menurut saya, hal itu wajar karena setiap manusia punya kapasitas ilmu yang berbeda. Ditambah, manusia diberikan berkah akal dan pikiran. Sehingga bisa memilih mana hal yang baik dan buruk versi pribadi. Urusan merasa selalu benar, tiap manusia kan punya pilihan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. Hal itulah yang membuat pribadi bisa merasa selalu benar akan pilihannya. Hanya saja kadang, sifat ke-aku-an tiap manusia yang berbeda kadar. Ada yang ingin selalu menang dalam setiap diskusi. Padahal, berdiskusi tak ada menang atau kalah. Diskusi itu mengemukakan pendapat. Urusan orang lain terpengaruh dengan pendapat orang lain ya itu urusan lain. Esensi berdiskusi adalah bertukar pendapat. Ya kalau bisa dibilang secara sederhana adalah numpang keluarkan unek-unek yang berisi kritik membangun. Bukan cuma menyalahkan salah satu pihak. Sudah lama sebetulnya ingin membahas hal ini. Hanya saja belum ada kesempatan panjang karena
Wah, sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Tapi akan saya usahakan terus aktif dalam dunia penulisan. Apa yang menjadi alasan saya untuk terus menulis? Hmmm. Apa ya? Hal pertama yang membuat saya terus menulis adalah masa depan anak saya. Mungkin akan muncul pertanyaan. Kok bisa sih anak dijadikan alasan untuk menulis? Saya dengan mantap menjawab “Ya! Saya mulai menulis lagi karena anak saya. Saya ingin memberikan kenangan hidup untuk dia jika saya tidak panjang umur.” Terlalu lebay memang alasannya, tapi saya tidak ingin disisa waktu hidup saya yang sempit ini tidak membuahkan hasil. Waktu luang saya cukup banyak, sehingga jika tidak dipergunakan dengan baik, ya akan terbuang sia-sia. Terkadang saya suka punya pemikiran terkait peristiwa yang terjadi entah di lingkungan tempat tinggal atau yang saya dengar dan baca di media elektronik. Ingin sekali bicara dan diskusi seperti saat-saat sekolah atau kuliah. Tapi, anak saya belum bisa diajak bicara tentang hal tersebut. Ingin