Skip to main content

Tidak Pernah Merasa Salah

Wajar atau tidak jika sebagai manusia merasa selalu benar?
Menurut saya, hal itu wajar karena setiap manusia punya kapasitas ilmu yang berbeda. Ditambah, manusia diberikan berkah akal dan pikiran. Sehingga bisa memilih mana hal yang baik dan buruk versi pribadi.
Urusan merasa selalu benar, tiap manusia kan punya pilihan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. Hal itulah yang membuat pribadi bisa merasa selalu benar akan pilihannya. Hanya saja kadang, sifat ke-aku-an tiap manusia yang berbeda kadar.
Ada yang ingin selalu menang dalam setiap diskusi. Padahal, berdiskusi tak ada menang atau kalah. Diskusi itu mengemukakan pendapat. Urusan orang lain terpengaruh dengan pendapat orang lain ya itu urusan lain. Esensi berdiskusi adalah bertukar pendapat. Ya kalau bisa dibilang secara sederhana adalah numpang keluarkan unek-unek yang berisi kritik membangun. Bukan cuma menyalahkan salah satu pihak.

Sudah lama sebetulnya ingin membahas hal ini. Hanya saja belum ada kesempatan panjang karena waktu yang selalu terbatas jika membuka laptop. Maklum, masih laptop pinjaman. Semoga saja pekerjaan sampingan saya bisa berbuah hasil yang terlihat jelas. Selama ini, pekerjaan saya tidak selalu terlihat baik di depan keluarga karena selalu dianggap buang-buang waktu saja. 

Comments

Popular posts from this blog

Film Heart Attack a.k.a Freelance Movie (Thailand - 2015)

Poster Film Heart Attack (2015) Akhirnya, malam ini gue memberanikan diri menuliskan unek-unek mengenai film yang sudah gue tonton bersama pacar (jujur sih gue agak memaksakan dirinya untuk hadir di CGV Blitz tanggal 14 September 2015), maaf ya sayang :* Oke, fokus menulis pendapat: Menurut gue pribadi, film ini keren. hehe karena berdasarkan pengalaman pribadi dari sang sutradara yang pernah bekerja sebagai Freelancer di Thailand. Untuk film ini, P' Ter Nawapol berhasil membuat karakter Yoon (Sunny Suwanmethanont) menjadi seseorang yang workaholic alias gila kerja. Bekerja di bidang desain grafis menjadikan Yoon ga bisa bersosialisasi dengan lingkungannya hingga ga bisa memperhatikan dirinya sendiri. Pertanyaan terkeren yang ada di film ini dan sering kali kita lupakan adalah "Makan untuk hidup? atau hidup untuk makan?" Kata-kata itu merupakan tamparan keras bagi seseorang yang meleburkan dirinya untuk sebuah pekerjaan. Pada awal film, P' Ter membuat

Hidup Untuk Menulis Atau Sebaliknya?

Wah, sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Tapi akan saya usahakan terus aktif dalam dunia penulisan. Apa yang menjadi alasan saya untuk terus menulis? Hmmm. Apa ya? Hal pertama yang membuat saya terus menulis adalah masa depan anak saya. Mungkin akan muncul pertanyaan. Kok bisa sih anak dijadikan alasan untuk menulis? Saya dengan mantap menjawab “Ya! Saya mulai menulis lagi karena anak saya. Saya ingin memberikan kenangan hidup untuk dia jika saya tidak panjang umur.” Terlalu lebay memang alasannya, tapi saya tidak ingin disisa waktu hidup saya yang sempit ini tidak membuahkan hasil. Waktu luang saya cukup banyak, sehingga jika tidak dipergunakan dengan baik, ya akan terbuang sia-sia. Terkadang saya suka punya pemikiran terkait peristiwa yang terjadi entah di lingkungan tempat tinggal atau yang saya dengar dan baca di media elektronik. Ingin sekali bicara dan diskusi seperti saat-saat sekolah atau kuliah. Tapi, anak saya belum bisa diajak bicara tentang hal tersebut. Ingin

liburan dadakan (1)

ini semua bermula...tepatnya tanggal 23 februari 2015. tante gue ngajak pergi ke kuala lumpur untuk jemput tante gue yang hari minggu berangkat kesana duluan sama temennya. oke, prepare pertama yang kami lakukan adalah mental. melancong ke negeri orang tanpa persiapan itu rasanya nanonano. beneran random, bukan masalah takut nyasar atau gimana. tapi akan kah kita dengan mudahnya ketemu sama tante gue yang sudah duluan disana. jadi, kami menentukan meeting point yaitu McDonalds Bukit Bintang. tanggal yang sama, pas banget itu hari senin yang cukup crowded menurut gue, karena gue dan tante gue yang ngajak berangkat, segera melakukan riset dadakan di semua browser di laptop dan hp. nyari tahu akses ke bukit bintang dari bandara. lalu dari bandara kita harus kemana lagi, karena ga mungkin kayak melakukan rescue yang cuma jemput doang abis itu balik ke jakarta, rugi bandar cyiiin (kalau kata tante gue). intinya pada malam hari sebelum tgl 24 februari, nomor paspor gue udah dipegang sam