Skip to main content

Tahun Baru Semangat Baru

Hi, balik lagi nih akhirnya ke rutinitas ngetik mengetik.
Sekarang, lagi mood nulis soal hadiah ke suami. Hehe
Semenjak jadi emakemak pengangguran alias nggak ada penghasilan lain selain dari transferan suami, saya jadi berhenti membelikan hadiah atau kado pada momen anniversary maupun birthday.

Tapi karena saya memang sudah berniat mencari penghasilan tambahan yang juga direstui oleh suami, jadi deh Awal 2018 ini bisa memberikan kado walaupun nggak mahal-mahal amat lah yaa karena memang ‘hasil’ dari bisnis kecil-kecilan ini belum bisa menyaingi transferan si suami.

Jadi, akhir 2017 itu saya akhirnya re-new account lagi di Oriflame. Setelah hampir setahun mendem nggak belanja apa-apa, akhirnya akunnya suspended. Hihi payah yahh saya setahun kemarin beneran off dari dunia belanja kosmetik maupun wellbeing. Tapi akhirnya mulai sadar kalau kecantikan itu perlu dijaga, ditambah kalau bisa berbisnis sambil belanja kenapa nggak dilakukan, kan? Hehe

Karena belanja kebutuhan sehari-hari itu juga kalau dihitung-hitung hampir sama dengan harga produk yang ditawarkan Oriflame. Jadilah saya mengalokasikan dana kebutuhan sehari-hari ke Oriflame.

Produk pertama yang saya pilih dari Oriflame ituuu Madu. Alasannya simple karena saya punya bayi umur setahun, saya mau ajarin dia konsumsi madu. Madu di Oriflame itu ada dua produk. Madu pertama yang saya konsumsi itu Madu Tesso Nilo yang asalnya dari Lebah liar yang membangun sarang mereka diatas pohon Sialang dari Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, Sumatera. Madu Tesso Nilo ini rasanya manis dan kental serta aromanya itu pas banget buat saya pribadi yang udah nyobain beberapa madu hutan. Nah, lanjut yang kedua, Madu Odeng. Apa itu Odeng? Odeng itu panggilan lebah hutan di Ujung Kulon. Hehe Madu Odeng ini juga enakkk lho! Trust Me. Rasa woody banget deh, warnanya rada cokelat muda tidak seperti Madu Tesso Nilo tapi untuk rasa, ini enak banget karena ada sedikit aroma bunga gitu. Untuk urusan harga, madu ini nggak mahal lho. Karena keduanya setiap bulannya harganya stabil di Rp 179.000,-. Untuk harga promo, bisa juga kontak saya hehe jadi belanja via saya gitu tinggal message aja kok hehe.

Oh iya, selain produk Madu, saya juga mengalihkan produk shampoo dan sabun saya. Shampoo saya saat ini menggunakan Love Nature Shampoo Tea Tree Oil & Burdock ini punya khasiat untuk menjaga rambut saya dari dandruff alias ketombe. Untuk sabun, saya menggunakan Love Nature Exfoliating Shower Gel Energising Mint & Raspberry, yang sengaja saya pilih karena aromanya enakkk banget. After mandi itu jadi kayak punya semangat baru karena wanginya berenergi positif banget ke badan.

Itu dia 4 produk utama alasan saya beralih ke Oriflame. Keempat produk itu sangat berguna untuk saya pribadi dan keluarga kecil saya. Saya ingin keluarga saya bisa menikmati kesegaran dalam setiap aktifitas.

Balik lagi ke kado untuk suami. Hehe karena mulai aktif berbelanja lagi di Oriflame, tetangga saya juga akhirnya menitip produk parfum (Eau De Toilette) merek Midsummer Man, sebetulnya dia sudah pernah bertanya tentang produk itu beberapa bulan lalu. Berhubung di katalog Januari, EDT itu muncul, langsung lah saya infokan ke dia. Bersyukur dia mau lho pesan via saya, tentunya saya menjual dibawah harga katalog dan tidak banyak ambil untung tapi memanfaatkan promo potongan harga untuk membelikan produk EDT merek Ascendant Aqua :)

Beruntungnya saya, suami pun ternyata cukup menyukai wangi dari EDT yang saya berikan untuknya. Sehingga dia menerima dengan suka cita.

Ingin bergabung di Oriflame? Yuk bisa PM langsung ke saya. 😊
Jika ingin bercerita tentang pengalaman memberikan hadiah kepada pasangan dengan berbisnis di rumah juga boleh. Silakan komen yaaa ❤️

Comments

Popular posts from this blog

Film Heart Attack a.k.a Freelance Movie (Thailand - 2015)

Poster Film Heart Attack (2015) Akhirnya, malam ini gue memberanikan diri menuliskan unek-unek mengenai film yang sudah gue tonton bersama pacar (jujur sih gue agak memaksakan dirinya untuk hadir di CGV Blitz tanggal 14 September 2015), maaf ya sayang :* Oke, fokus menulis pendapat: Menurut gue pribadi, film ini keren. hehe karena berdasarkan pengalaman pribadi dari sang sutradara yang pernah bekerja sebagai Freelancer di Thailand. Untuk film ini, P' Ter Nawapol berhasil membuat karakter Yoon (Sunny Suwanmethanont) menjadi seseorang yang workaholic alias gila kerja. Bekerja di bidang desain grafis menjadikan Yoon ga bisa bersosialisasi dengan lingkungannya hingga ga bisa memperhatikan dirinya sendiri. Pertanyaan terkeren yang ada di film ini dan sering kali kita lupakan adalah "Makan untuk hidup? atau hidup untuk makan?" Kata-kata itu merupakan tamparan keras bagi seseorang yang meleburkan dirinya untuk sebuah pekerjaan. Pada awal film, P' Ter membuat

Hidup Untuk Menulis Atau Sebaliknya?

Wah, sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Tapi akan saya usahakan terus aktif dalam dunia penulisan. Apa yang menjadi alasan saya untuk terus menulis? Hmmm. Apa ya? Hal pertama yang membuat saya terus menulis adalah masa depan anak saya. Mungkin akan muncul pertanyaan. Kok bisa sih anak dijadikan alasan untuk menulis? Saya dengan mantap menjawab “Ya! Saya mulai menulis lagi karena anak saya. Saya ingin memberikan kenangan hidup untuk dia jika saya tidak panjang umur.” Terlalu lebay memang alasannya, tapi saya tidak ingin disisa waktu hidup saya yang sempit ini tidak membuahkan hasil. Waktu luang saya cukup banyak, sehingga jika tidak dipergunakan dengan baik, ya akan terbuang sia-sia. Terkadang saya suka punya pemikiran terkait peristiwa yang terjadi entah di lingkungan tempat tinggal atau yang saya dengar dan baca di media elektronik. Ingin sekali bicara dan diskusi seperti saat-saat sekolah atau kuliah. Tapi, anak saya belum bisa diajak bicara tentang hal tersebut. Ingin

liburan dadakan (1)

ini semua bermula...tepatnya tanggal 23 februari 2015. tante gue ngajak pergi ke kuala lumpur untuk jemput tante gue yang hari minggu berangkat kesana duluan sama temennya. oke, prepare pertama yang kami lakukan adalah mental. melancong ke negeri orang tanpa persiapan itu rasanya nanonano. beneran random, bukan masalah takut nyasar atau gimana. tapi akan kah kita dengan mudahnya ketemu sama tante gue yang sudah duluan disana. jadi, kami menentukan meeting point yaitu McDonalds Bukit Bintang. tanggal yang sama, pas banget itu hari senin yang cukup crowded menurut gue, karena gue dan tante gue yang ngajak berangkat, segera melakukan riset dadakan di semua browser di laptop dan hp. nyari tahu akses ke bukit bintang dari bandara. lalu dari bandara kita harus kemana lagi, karena ga mungkin kayak melakukan rescue yang cuma jemput doang abis itu balik ke jakarta, rugi bandar cyiiin (kalau kata tante gue). intinya pada malam hari sebelum tgl 24 februari, nomor paspor gue udah dipegang sam